Hilangnya Tiga Kata Ajaib dari Mulut Kita

Kalian inget nggak, kapan terakhir kali mengucapkan kata "maaf", "tolong", dan "terima kasih"? Semoga masih dalam waktu dekat ini ya. Soalnya, akhir-akhir gue menemukan beberapa orang yang udah lupa sama tiga kata ajaib itu. Jujur, gue sedih dan kecewa banget. Bingung aja, sebegitu sulitkah mulut kita untuk melafalkan tiga kata dasar yang sudah diajarkan oleh orang tua maupun guru sedari kecil? Atau mungkin mereka sudah lupa dengan nilai sopan santun yang terlanjur melekat sebagai identitas orang Indonesia? Entah lah, sampai sekarang pun gue belum bisa menemukan jawabannya.

Jadi, waktu itu gue sedang berada di salah satu masjid di daerah Puncak. Bokap dan adek gue sedang menunaikan Shalat Jumat while gue dan nyokap menunggu mereka di area semacam food court kecil-kecilan gitu. Lumayan juga buat isi perut yang udah keroncongan ini. Karena termasuk masjid yang cukup besar, nggak heran kalau jemaah yang dateng ke masjid ini pun banyak banget dan pastinya lebih banyak dari kalangan wisatawan yang menikmati liburan long weekend minggu lalu. 

Meja dan kursi yang disediakan di area food court tidak terlalu banyak sedangkan pengunjung wanita yang menunggu suami atau anggota keluarga laki-laki mereka pun mulai berdatangan ke food court mini ini. Siapa juga kan yang mau nunggu di mobil panas-panasan? Jangan salah, loh daerah Puncak mataharinya edan banget. Untungnya gue sama nyokap masih dapat jatah meja dan kursi sambil makan siang kecil-kecilan atau yang biasa anak jaman sekarang sebut "brunch". Eh, bener nggak sih? *ketauan kan cupunya*

Tiba-tiba datanglah seorang Ibu dan anaknya ke arah meja gue dan nyokap. Kayaknya, sih dia ngebaca gue bakalan segera pergi karena mangkok yang ada di meja udah kosong semua. Padahal mah, ya lo tau kan gue anaknya doyan makan apalagi kalau harus nunggu lama, jadi artinya gue masih menunggu makanan selanjutnya dateng. Kebetulan ada kursi kosong di samping nyokap. Kalau mereka mau duduk pun gue sama nyokap ga masalah. Toh, kita sama-sama sebagai umat penunggu lak-laki. 

Namun, secara tiba-tiba Ibu ini dengan santainya mengambil kursi kosong yang ada di samping nyokap gue dan membawanya ke meja yang ada di belakang kita tanpa mengatakan sepatah kata apapun. A p a p u n. Gue sama nyokap pun langsung saling memandang dan geleng-geleng kepala. Heran. Seharusnya ya Ibu-ibu itu setidaknya nanya "maaf, kursinya ada orang?" atau "permisi boleh saya ambil kursinya?" atau ya apapun segala bentuk pertanyaan, deh nggak cuma main asal ambil gitu aja tanpa bilang permisi atau maaf. Haruskah ibu-ibu itu menunggu kita yang ngomong "kursinya ada orang, bu"? Ya, pokoknya seperti itu deh. Gue kok jadi bingung sendiri ya mau ngomong apa hahahaha *keburu kesel lagi inget kejadian itu*. Kalau aja Ibu itu sempat mengucapkan kata "maaf" di awal, gue sama nyokap pasti nggak akan ended up ngomongin dia terus-terusan di mobil karena jengkel dan ujung-ujugnya gue pun juga dosa ngomongin orang.

Nah, kejadiaannya nggak cuma sekali, nih. Masih pas lagi long weekend kemarin dan sama nyokap lagi. Tunggu, gue baru sadar kok kayaknya gue sama nyokap mulu yang kena ya? Hmmm. 

Oke, jadi waktu hari Sabtu kemarin gue pergi ke salah satu mall di kota Bandung buat menghabiskan malam minggu. Seperti biasa ya namanya juga cewek atau mungkin emang cuma kebiasaan gue doang, toliet tuh pasti jadi tempat pertama yang harus didatengin setibanya gue di mall atau di tempat mana pun. Waktu itu toiletnya cukup rame karena deket banget sama musholla dan kebetulan gue sama nyokap masuk toiletnya pas waktu jam Shalat Ashar. Ya bayangin aja ya ngantrinya kayak gimana. 

Karena ukuran toiletnya yang cukup sempit membuat garis antriannya gak jelas. Sedangkan kalau gue tetep maksa ngantri di belakang pintu masuk yang ada nanti gue ngejungkleng dan nibanin orang lain. Badan segede gini, bok yang ada orang depan gue kurus duluan dibanding gue. Nyokap, sih kebetulan udah berdiri di antrian yang bener. Lalu, pintu toilet depan nyokap gue pun terbuka dan dia udah siap masuk ke toiletnya. Tapi eh tapinyaaaa tiba-tiba ada anak muda (mungkin seumuran anak sma atau semester awal) main asal nyosor ke toilet yang harusnya nyokap gue duluan yang masuk. Nyokap gue keheranan sambil ngeliat gue dan berujung geleng-geleng kepala lagi. Sumpah ya kalau yang namanya sekali geleng kepala dihargain 100.000/gelengan, Nikita Willy kalah kekayaannya sama gue. Canda deng, bos.

Sama seperti yang gue dan nyokap alamin waktu hari Jumat kemarin, anak muda itu nggak bilang sepatah kata apapun. Nggak ada bilang "maaf" atau nanya "siapa duluan yang antri?" atau ngomong "permisi" buat memastikan toilet itu ada antriannya apa nggak. Pas keluar dari toilet pun anak itu kayak merasa nggak bersalah udah berani nyelak antrian orang yang lebih tua, bahkan nggak ngomong "maaf" karena sudah menyelak atau "terima kasih" to my mom for letting her dulan masuk. Andai aja itu toilet nggak rame mungkin udah gue ajak bicara soal sopan santun. Sayangnya, nyokap gue nggak sempet buat negur dia tapi ibu-ibu di belakang nyokap gue ternyata notice kalau anak itu main asal nyelak. 

Sebenernya, kejadian yang kayak di atas, tuh nggak menimpa gue sekali atau dua kali. Udah ada beberapa kali gue menemukan orang-orang seperti ini. Lupa untuk berbicara "maaf", "tolong" dan "terima kasih" di jaman sekarang nampaknya sudah biasa. Gue jadi mempertanyakan orang tua dan guru di jaman sekarang ini mengajarkan anak-anaknya seperti apa, sih? Masa iya tiga kata ajaib atau ya bisa dibilang tiga kata dasar itu dilupakan? Mungkin memang terdengar sederhana, tapi sadar nggak kalau orang yang kita ucapkan tiga kata ajaib itu perasaannya kayak gimana? Jujur, kalau gue seneng banget apalagi sama kata "terima kasih". Menurut gue ketiga kata itu powerful banget dan bisa membuat seseorang seketika berubah 180 derajat. Gue sudah membuktikannya ketika gue meminta tolong kepada pegawai penimbang berat barang-barang di pasar swalayan. Kala itu, petugasnya udah masang tampang muka bete, cemberut, dan kayak nggak mood buat kerja. Setelah timbangan gue selesai, seperti biasa gue mengucapkan "terima kasih" tapi kali ini ditambah senyuman. Otomatis, petugas yang tadinya bete tiba-tiba bisa senyum manis seperti sudah terangkat beban yang sempat menimpanya. Gue seneng banget pas ngeliat petugas itu tersenyum dan dari situpun gue tersadar kalau kata "terima kasih" itu memang punya keajaiban tersendiri. Sayangnya, akhir-akhir ini udah jarang banget orang yang bisa ngomong "terima kasih".

Maka dari itu, nggak heran kalau orang-orang memberi julukan tiga kata ajaib kepada tiga buah kata yang sudah gue sebutkan di atas. Menurut gue, tiga kata itu tuh udah paling dasar banget untuk mengajarkan sopan santun kepada manusia lain. Gue cuma bisa berpesan kepada kalian semua untuk menanamkan tiga kata ajaib itu kepada anak cucu kalian nanti. Kalaupun belum punya, tanamkan itu ke diri sendiri dan semoga kalian bisa ikut merasakan keajaibannya. 


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer