Masih Ada Orang Baik Hari Ini

Wow...

Btw, pembuka gue jelek banget ya 'wow' hahaha. Tapi serius, rasanya udah lama banget gue aktif nulis di blog. Terakhir kali kayaknya pas SMP-SMA, itupun postingannya bisa dibilang ya... sampah semua. Nggak ada faedahnya. Nulis satu kalimat gara-gara jaringan internet mati pake di post segala. Ngedukung tim bola Jerman pas piala dunia cuma sekedar "I hope they can win this game tonight!" juga pake di post. Ah, pokoknya kalau ngeliat tulisan gue di blog lama rasanya pingin tampar diri sendiri sambil ngomong: lu ngapain sih tong? 


Sebenarnya dua atau tiga atau lima (maaf ya orangnya suka lupaan) bulan yang lalu, gue sempet nulis di blog ini tentang betapa rindunya gue sama Jogja hanya karena lagu dari Kla Project yang berjudul "Yogyakarta". Sama seperti tulisan di blog lama gue, tulisan itu cuma punya satu sampai dua kalimat. Terus gunanya Twitter tuh buat apa ya, Nad? *nyinyirin diri sendiri*. Dan pada akhirnya gue hapus aja postingan itu dan gue ganti baru dengan yang ini. 

Mungkin sebagian dari kalian bertanya-tanya mengapa gue lebih memilih untuk nulis di blog lagi instead of making a vlog on YouTube like everybody else? Well, jawabannya adalah pertama, gue memiliki pekerjaan yang menuntut gue untuk menulis tiga sampai empat artikel perminggu yang membuat otak gue semakin bekerja dikala bos udah memberi perintah untuk menulis ini dan itu. Kedua, gue terlalu mager untuk bikin video dan harus diedit sedemikian rupa biar ga kalah sama YouTubers lainnya. Ketiga, c'mon dude, udah terlalu banyak orang juga yang bikin vlog, iya nggak sih? Gue ngeliat YouTube sekarang layaknya sayur mayur yang dijual di pasar modern atau pun pasar tradisional biasa. Udah terlalu banyak dan konten daily vlog juga sudah terlalu membludak, toh? Dan yang terakhir berasal dari salah satu tweet penulis favorit yang mengingatkan gue untuk kembali menulis. 


So yeah, since my life is my story, I want to share a little story to you that happened to me (probably) two or three days ago. Waktu itu gue naik kereta menuju daerah rumah gue setelah menginap di rumah temen gue yang berlokasi di Pasar Minggu. Ketika itu gue satu gerbong dengan keluarga yang membawa anak kecil. Kelihatannya, sih umur lima atau enam tahun. Dengan santainya si anak itu duduk di lantai kereta yang sebenarnya udah ada peraturan kalau penumpang dilarang untuk duduk di lantai. Awalnya gue jengkel, sih kenapa orang tuanya nggak langsung nyari kursi prioritas buat anaknya tapi mereka malah santai nyender-nyender di pintu. Padahal kursi prioritasnya ada yang kosong. Nggak berselang lama setelah anak itu duduk, petugas gerbong pun langsung menegur si anak buat nggak duduk di lantai. Kemudian si anak pun berdiri tapi kembali duduk lagi setelah petugas itu pergi. Siapa lagi kalau bukan si Ibu yang menyuruh anaknya buat duduk, tapi herannya si Ibu ini malah ngomel-ngomel sendiri dan nyalahin petugas yang negur anaknya. Gimana orang-orang Jakarta mau disiplin kalau peraturan aja masih kena omel dari warganya sendiri? *gerutu gue di dalam kepala*. Pokoknya gue sinis banget deh sama Ibu-ibu itu. 

Akhirnya kereta yang gue tumpangi pun sampai di stasiun yang gue tuju. Entah mungkin saking tergesa-gesanya pas pintu kereta dibuka, dengan bodohnya gue main turun aja dan lupa untuk nutup tas backpack gue yang sempat gue buka di kereta. Dengan santainya gue jalan kaki sampai Pasar Jombang dengan tas yang masih terbuka. Sampai suatu ketika ada orang yang negur gue pas gue mau nyebrang. "Mbak itu tasnya kebuka." Panik langsung lah gue dan langsung ngecek isi tas apakah ada yang hilang atau nggak. Alhamdulillah banget semua masih ada. Padahal, dompet gue posisinya gampang banget buat di ambil. Gue berterima kasih sama orang yang udah mau memperingatkan gue. Ternyata, orang itu adalah Ibu-ibu di kereta api tadi yang sempet bikin gue sinis karena tingkah lakunya. Gue sampai bingung sama diri sendiri. Gue ngerasa nggak layak buat dikasih peringatan dari seseorang yang udah gue nilai buruk duluan sebelum tau dia siapa. Siapa yang menyangka kalau dia penyelamat gue? Dari sekian banyak penumpang kereta yang turun cuma dia satu-satunya yang negur gue dengan lembutnya. Nggak kebayang kalau dia ga negur, dompet, laptop, dan handphone gue mungkin udah raib gitu aja. 

Dari hari itu gue sadar kalau kita emang nggak boleh ngeremehin orang lain sekali pun. Kita nggak pernah tau seseorang itu akan berdampak apa di hidup kita walaupun kita nggak kenal. Bener apa kata Kakek gue yang selama ini selalu mengingatkan gue untuk selalu ramah sama semua orang di sekitar kita. Selain itu gue pun masih bisa mengakui kalau the world is still worth living. Karena selama ini gue menganggap orang baik di dunia ini itu udah jarang banget ditemuin (mungkin karena gue udah terlalu sering dikecewakan banyak orang). Gue nggak nyangka masih ada orang baik hari ini dikala maraknya kasus penculikan, pencurian, perampokan, dan hal lain sebagainya. Gue cuma bisa berharap orang seperti Ibu-ibu yang memperingatkan gue semakin banyak tersebar di dunia ini. Semoga mereka tetap eksis dan tidak seperti binatang-binatang langka yang dibunuh keji oleh manusia demi kepentingannya sendiri.



Komentar

Postingan Populer